Pabrikan asal Jepang, Honda, memang sudah tersohor dengan produk-produk motornya yang berkualitas. Dari sekian banyak motor yang sudah ditelurkan, Honda juga pernah merilis beberapa motor bermesin 2-silinder.
Generasi Awal Honda 2-Slinder
Generasi pertama motor 2-silinder milik Honda muncul pada Juli 1957. Saat itu, motor bernama Dream C70 tersebut didukung mesin berkapasitas 247cc, OHC. Dream C70 datang untuk menantang motor bermesin silinder tunggal yang memang sedang mendominasi saat itu.
Untuk mengerjakan proyek ini, Honda menginvestasikan dana sebesar 450 juta yen. Dan, investasi tersebut berbuah manis karena Dream C70 merupakan motor pertama produksi Honda yang mampu menyemburkan daya tinggi, yaitu 18 hp pada putaran mesin 7.400 rpm.
Setelah Dream C70, generasi motor 2-silinder milik Honda berikutnya adalah Dream C75. Motor ini merupakan versi yang lebih bertenaga dari Dream C70 karena dibekali mesin berkapasitas 305cc.
Setelah Dream C75, dua generasi motor 2-silinder dirilis, yaitu Dream C71 yang dilengkapi self-starter, serta Dream CB72 Super Sport (dengan nama ekspor, The Hawk). Fondasi kedua motor ini dibangun di atas motor sport seiring makin berkembangnya olahraga balap motor pada saat itu.
Lalu, pada tahun 1962, Dream CB77 Super Sport (Super Hawk) resmi diluncurkan. Motor ini mirip Dream CB72 Super Sport, namun dengan perpindahan yang lebih besar. Kemudian pada tahun yang sama, Dream CL72 Scrambler diproduksi, sebuah motor yang bisa dikendarai di medan on-road maupun off-road.
Pada awal dekade 1960-an, produsen Eropa fokus untuk mengembangkan motor berkapasitas 650cc untuk pasar Eropa dan Amerika. Honda pun tak mau ketinggalan dengan sekali lagi merilis motor 2-silinder yaitu Dream CB450. Motor ini mengusung mesin berkapasitas 650cc, DOHC, 2-silinder, yang diterima dengan baik di pasaran dalam negeri dan luar negeri.
Kesuksesan Dream CB450 membuat Honda mendapat pijakan kuat untuk pasar luar negeri. Pada tahun 1969, Honda pun merilis Dream CB750 Four yang menyasar pasar transportasi berkecepatan tinggi di Eropa dan Amerika Utara.
Pada tahun 1977, Honda meluncurkan Hawk II CB400T. Motor ini merupakan respon Honda untuk pasar motor sport 400cc. Hawk II CB400T didukung mesin 2-silinder tetapi bekerja layaknya 4-silinder, tanpa kehilangan suara knalpot khas 2-silinder. Evolusi lebih lanjut terlihat pada tahun 1980 dengan peluncuran Super Hawk 250cc dan Super Hawk III 400cc.
CBR250RR, Generasi Terbaru Honda 2-Slinder
Generasi motor 2-silinder Honda berlanjut pada milenium ketiga ini. Pada ajang Tokyo Motor Show 2015 lalu, Honda memamerkan prototipe motor sport terbarunya yang langsung menjadi headline di Tanah Air. Motor yang bakal bernama CBR250RR tersebut mengusung mesin 2-silinder, dan kabarnya mulai diproduksi Maret 2016 mendatang.
Motor ini tampil dengan desain menarik dan cukup menyita perhatian publik. Highlight utama motor ini tentu saja terletak pada mesin parallel-twin yang membuat CBR250RR digadang-gadang menjadi penantang serius Ninja 250 milik Kawasaki dan Yamaha R25.
Meski masih berupa prototipe, namun desain motor terbaru ini sudah bisa diraba. Kesan gagah langsung terasa jika melihat bentuk lampu depan yang menerapkan model keen-eyes yang menyipit. Sementara di bawah lampu, terdapat kisi-kisi udara sehingga makin menampilkan kesan garang. Beralih ke sektor belakang, gaya lampu runcing diusung menyerupai moge-moge masa kini.
Untuk panel meter digital, rpm paling atas mencapai 14.000, sedangkan limit di 16.000. Sementara suspensi depan menggunakan upside down, dan suspensi belakang memakai Ohlins. Selain itu, CBR250RR juga mengusung knalpot Akrapovic dan swingarm banana-style. Dengan semua part eksotis tersebut, CBR250RR 2-slinder ini setara dengan KTM RC250 yang notabene merupakan motor premium.
Sementara untuk harganya, banderol CBR250RR diprediksi tak akan beda jauh dengan Kawasaki Ninja 250 yang dijual Rp57,5 jutaan (OTR Jakarta). Seperti diketahui, pendahulunya, Honda CBR250R silinder tunggal berharga cukup tinggi, yaitu Rp47,8 jutaan (versi standar), Rp48,8 jutaan (versi Tricolor), dan Rp49,3 jutaan (versi Repsol), yang menjadikan motor ini kurang laris di pasaran.